Menentukan Prioritas: Manajemen Tugas dan Latihan untuk Mencapai Target Hafalan

Kehidupan seorang santri penghafal Al-Qur’an (Hafizh) adalah keseharian yang diisi dengan tantangan manajemen waktu yang luar biasa. Di antara padatnya jadwal sekolah, pengajian kitab, dan tugas asrama, kunci keberhasilan mereka dalam mencapai target hafalan terletak pada kemampuan Menentukan Prioritas secara cerdas dan disiplin. Menentukan Prioritas dalam konteks Tahfidz berarti membagi fokus antara ziyadah (hafalan baru) dan muraja’ah (mengulang hafalan lama), karena keduanya sama-sama krusial. Strategi ini sangat penting untuk memastikan ilmu agama, khususnya Al-Qur’an, tidak hanya masuk ke dalam ingatan, tetapi juga menetap kuat di dalam hati.

Di pesantren, waktu untuk menghafal dan mengulang telah diatur secara ketat, namun kualitas waktu itu sepenuhnya bergantung pada santri dalam Menentukan Prioritas pribadinya. Jadwal harian wajib untuk Tahfidz biasanya dibagi menjadi dua sesi utama:

  1. Sesi Pagi Dini Hari (Ziyadah): Setelah Shalat Tahajjud dan Subuh (sekitar pukul 04.30 WIB), santri fokus pada hafalan baru (ziyadah). Waktu ini dipilih karena pikiran masih segar dan sangat kondusif untuk menerima informasi baru. Santri biasanya menargetkan minimal setengah hingga satu halaman hafalan baru per hari.
  2. Sesi Malam (Muraja’ah): Setelah Shalat Maghrib dan Isya, santri fokus pada pengulangan hafalan lama. Muraja’ah dianggap prioritas yang lebih tinggi daripada hafalan baru, karena “menjaga” lebih sulit daripada “mendapatkan”.

Santri yang berhasil memahami filosofi Menentukan Prioritas akan mengalokasikan waktu istirahat siangnya (Qailulah) atau waktu luang sore hari untuk mempersiapkan setoran malam. Mereka menggunakan matriks sederhana: tugas urgent (setoran hari ini) harus didahulukan daripada tugas non-urgent (membaca novel). Pengurus bidang Tahfidz sering melakukan evaluasi mendadak (sima’an mendadak) setiap dua minggu sekali pada waktu acak, memaksa santri untuk selalu menjaga kualitas hafalannya.

Keputusan manajemen Pondok Pesantren Daarul Hufazh pada 10 Maret 2025 menetapkan bahwa santri yang gagal muraja’ah tiga hari berturut-turut akan kehilangan haknya untuk menambah hafalan baru selama seminggu. Peraturan ini secara efektif menegaskan kembali bahwa Menentukan Prioritas harus selalu berpihak pada penguatan hafalan lama. Dengan menerapkan manajemen tugas yang disiplin dan memahami bahwa konsistensi lebih penting daripada kecepatan, santri berhasil menaklukkan target hafalan mereka dan memelihara Al-Qur’an di dalam dada.