Memahami Sejarah Islam: Pembelajaran yang Menanamkan Kebanggaan dan Jati Diri Santri

Di tengah gempuran narasi global yang terkadang mendistorsi citra Islam, kebutuhan untuk Memahami Sejarah Islam secara benar dan mendalam di kalangan santri menjadi sangat krusial. Pembelajaran sejarah bukan hanya sekadar menghafal tanggal dan nama tokoh, melainkan proses menelusuri jejak peradaban yang kaya, meneladani perjuangan para nabi, sahabat, dan ulama, serta menanamkan rasa bangga yang sehat terhadap identitas keislaman. Dengan menguasai akar historis, santri dapat membentuk jati diri yang kuat, teguh pendirian, dan memiliki pandangan yang utuh tentang posisi Islam di dunia. \

Kurikulum di pesantren modern kini semakin menekankan pentingnya studi Tarikh Islam (Sejarah Islam) dengan fokus pada kontekstualisasi. Pondok Pesantren Syaikhona Kholil, misalnya, telah merevisi silabus pelajaran sejarah Islam mereka pada awal tahun ajaran, 17 Juli 2025, untuk mencakup lebih banyak analisis terhadap kontribusi peradaban Islam di bidang sains, filsafat, dan seni. Menurut Koordinator Pendidikan Pesantren, Ustaz Budi Santoso, penekanan pada kejayaan ilmiah masa lalu bertujuan untuk memotivasi santri agar menjadi ilmuwan Muslim yang unggul di masa depan. Hal ini penting, sebab menurut data dari Kementerian Agama yang dirilis pada 5 Desember 2024, banyak santri merasa kurang terwakili dalam narasi sejarah umum yang beredar di masyarakat.

Metode pengajaran dalam Memahami Sejarah Islam juga mulai memanfaatkan sumber-sumber primer dan sekunder yang lebih variatif. Selain kitab-kitab klasik, pesantren kini menggunakan studi kasus dari jurnal ilmiah dan dokumenter sejarah. Misalnya, dalam kajian mengenai Perang Salib, santri tidak hanya mempelajari kronologi militer, tetapi juga dampak sosial dan pertukaran budaya yang terjadi. Pemahaman yang seimbang ini membantu santri menghindari pandangan yang simplistik dan ekstrem.

Memahami Sejarah Islam juga sangat berperan dalam menumbuhkan kesadaran kolektif. Ketika santri mempelajari bagaimana Islam masuk dan berkembang di Nusantara, mereka menyadari peran ulama lokal dan nilai-nilai kearifan lokal dalam dakwah. Hal ini secara langsung memperkuat hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman). Dalam sebuah acara talk show yang diadakan oleh pihak Kepolisian Resor (Polres) setempat pada 8 Mei 2025, ditekankan bahwa pemahaman sejarah yang benar menjadi salah satu kunci untuk mencegah radikalisme, karena santri dapat membedakan antara ajaran Islam yang damai dan praktik kekerasan yang menyimpang dari Memahami Sejarah Islam yang autentik.

Pada akhirnya, tujuan utama dari Memahami Sejarah Islam adalah membentuk pribadi santri yang bangga dengan identitas keislaman mereka, namun tetap terbuka dan toleran. Sejarah mengajarkan mereka tentang siklus naik turunnya peradaban, mengajarkan hikmah dari kesalahan masa lalu, dan memberikan peta jalan untuk mencapai kejayaan di masa kini dan masa depan.